“Aku bodoh banget sih!, aku gak bakalan bisa
seperti dia, dia emang udah pintar dari sananya.” Pernah gak kamu bilang begitu
kepada teman kamu yang pintar dikelas kamu?. Banyak sekali orang yang selalu
merendahkan dirinya dengan kata – kata seperti itu. Tahu gak kamu, semakin kamu
memuji dia, dia bakalan tambah pintar dan kamu malah makin menurun. Hmm.. Hal
ini yang menjadi perhatian saya untuk menulis artikel ini, karena saya juga
pernah mengalami hal seperti ini, saya pernah muji orang yang begitu pintar,
dan saya merasa kalau saya gak akan bisa untuk seperti dia. “Nah, apa dong
masalahnya? Apa kita gak boleh muji orang lain yang memang udah pintar? Kan itu
fakta? Dan faktanya, kita juga seperti ini”. Nah, sebelum kita lebih jauh, gue
ingin jelasan bagaimana sih otak manusia itu? Beda gak sih? Kok kecerdasan kita
beda – beda, kok dia bisa seperti itu, aku Cuma bisa seperti ini?
Otak,
memiliki berat yang hampir sama dimiliki oleh setiap orang, dan memiliki bentuk
yang hampir sama pula, terdiri atas otak kanan dan otak kiri, bentuknya seperti
gumpalan 2 tangan. Tahu habibi kan? Tahu ilmuwan kan? Mereka memiliki bentuk
otak yang sama seperti kita. Tapi kenapa mereka lebih cerdas? Kenapa mereka
lebih pintar? Jawabannya adalah, karena mereka bisa mengendalikannya, cara
berpikir mereka yang beda dengan kita. Coba saja kamu lihat orang – orang yang
sering juara kelas, orang yang sering ikut olimpiade, apakah mereka bersantai
mendapatkan itu? Semua di barengi dengan usaha dan kerja keras. Tidak ada yang
baru lahir, terus besarnya, menjadi seorang yang super jenius tanpa melakukan
apapun, Tuhan itu maha adil, tidak akan ada hasil tanpa kerja keras. Karena hukum
Tuhan berlaku dalam hukum alam, yang saya sebut dalam hukum newton 4. “Hasil
berbanding lurus dengan usaha” dan itu sudah merupakan harga mati untuk
mencapai hasil yang baik. Jadi, bukan permasalahan karena otak, bukan karena
permasalahan genetik atau dari lahirnya seseorang tercipta kecerdasan, tapi
karena mereka mampu, mereka bisa menemukan cara terbaik untuk make their brain
well, untuk ngembangin otak mereka menjadi lebih sempurna, yaa, dengan cara
ngubah mindset nya, ngubah pola
pikirnya atau cara berpikirnya.
Disini, gue bakal jelasin tentang Fixed Mindset dan Growth Mindset. Apa sih bedanya? Beberapa
orang di dunia ini menganggap kalau tingkat kecerdasan atau kemampuan itu
bersifat tetap. Orang seperti ini akan mengatakan “ohhh, dia emang pintar, pantes aja gitu” atau “Uuu, emang otak gue gak bakal bisa ngerjain ini, otak aku kan lelet
banget, kayak keong”. Penilaian seperti ini disebut “Fixed Mindset”.
Di lain
hal, ada juga orang yang bilang, “wah,
dia bisa ngelakuin itu, masa aku gak bisa, aku pasti bisa ngelakuin juga,
secara kan, otak aku dan dia sama, kalau aku berusaha lebih keras dari dia,
pasti aku pasti bisa nglahin dia”. Pemikiran seperti ini dinamakan “Growth Mindset”.
Jadi
perbedaannya jelas, orang yang berfikir Fixed Mindset akan berfikir, kalau
skill-nya tidak bisa berkembang, skillnya akan tetap seperti itu, dan orang
yang mampu, akan tetap menjadi mampu, dan dia akan selalu kalah dengan orang
yang mampu itu. Tapi berbeda dengan orang yang berikir Growth Mindset, orang –
orang seperti itu berfikir, kalau kemampuan seseorang itu bisa di kembangin
lebih dari yang dia punya, kalau toh mereka bisa, kenapa dia tidak bisa.Kira - kira seperti itu :D
Oke,
se-krusial itu kah peran mindset (pola
pikir) dalam keberhasilan seseorang? Jawabannya
IYA BANGET, dan udah banyak riset yang membuktikannya.
Nah, kalo kita
ingin memaksimalkan potensi kita, kita harus mulai berpikir berbeda. Kita harus
mulai sadar kalo potensi diri kita tidak dirantai dengan kemampuan kita
sekarang. Neurosains menunjukkan kalo otak kita bisa ditempa. Otak itu sama
kayak otot. Otot kalo dilatih, yang tadinya klemar-klemer, bisa jadi kenceng,
atletis. Lo kira Ade Rai udah punya six pack dari
lahir? Sama juga dengan otak. Kalo rajin lo latih, lo bisa menguatkan ikatan
antar neuronnya.
Kita semua
sama-sama mulai dari nol. Sama-sama awalnya ga bisa ngomong, ga bisa jalan, ga
bisa baca tulis, berhitung, ga bisa naik sepeda, dan lain-lain. Ada saatnya
Shakespeare juga baru mulai belajar alfabet, ada saatnya Einstein mulai kenal
sama angka dan nama-nama satuan dalam fisika, sama kayak kita semua. Tapi
kuncinya sejauh mana kita percaya bahwa kita lahir untuk terus tumbuh dan
berkembang dan kemampuan kita tuh jangan lo nilai hanya dari beberapa
tahun waktu lo belajar selama ini. Ketika kita menyadari kalo kita bisa
merubah kemampuan kita di bidang apapun yang kita mau, ketika kita punya growth mindset, we bring our game to new levels.
"I have no special talents. I am
only passionately curious." - Albert Einstein
Oh iyaa, STOP MEMUJI “ANAK PINTAR!!!!”
Ada cerita seru dari sebuah studi
lain. Ceritanya dalam studi ini, sang peneliti ngasih sekumpulan puzzle
pada sekelompok anak. Ketika anak-anaknya berhasil menyusun puzzle,
peneliti akan ngasih pujian. Pujiannya ada 2 jenis.
- Sebagian anak akan dipuji begini, “Wow, skor kamu bagus sekali, kamu emang pinter ya nyusun puzzle.” Ini adalah jenis pujian fixed mindset karena menggambarkan kecerdasan atau kemampuan sebagai kualitas yang tetap (fixed).
- Sebagian anak lagi akan dipuji begini, “Wow, skor kamu bagus sekali, kamu pasti sudah berusaha keras ya.” Ini adalah jenis pujian growth mindset karena fokus pada proses.
Selesai puzzle pertama , para
peneliti nanya ke anak2, “Oke, selanjutnya kalian mau kerjain puzzle yang mana,
yang mudah atau yang sulit?” Mayoritas anak yang menerima pujian fixed
mindset milih puzzle yang gampang, sedangkan sebagian besar anak
yang nerima pujian growth mindset memilih untuk menantang dirinya.
Selesai puzzle kedua, para
peneliti kemudian ngasih puzzle yang bener-bener sulit ke semua anak
untuk ngeliat gimana pengaruh konfrontasi kesulitan terhadap performa anak.
Setelah puzzle ketiga (yang sulit), para peneliti kasih puzzle
gampang yang mirip dengan puzzle pertama. Ternyata hasilnya menarik
banget lho, anak-anak dengan pujian fixed mindset skornya lebih buruk
signifikan dari skor mereka pertama kali. Sedangkan anak-anak dengan pujian growth
mindset justru malah dapat skor lebih baik dari skor pertama mereka.
Padahal itu puzzle yang mirip banget sama puzzle pertama yang mereka
kerjakan sebelumnya lho!
Lucunya lagi, di akhir sesi,
anak-anak disuruh ngelaporin skor mereka selama ngerjain puzzle. Anak
dengan pujian fixed mindset rata-rata bohong 3x lebih banyak
daripada anak2 dengan pujian growth mindset. Mereka ga punya cara lain
untuk menghadapi kegagalan mereka, kecuali dengan jaga image dan
melindungi ego mereka.
Nah, studi yang menarik ini bisa
jadi refleksi kita bersama, seberapa sering sih kita pas kecil dipuji karena
pintar atau jago dalam suatu hal? Atau mungkin sampe sekarang orang tua dan
guru lo masih melakukan yang sama? Atau lo sering melakukannya sama adik lo?
Mungkin sebagian orang berpikir kalo
kata-kata pujian itu buat meningkatkan rasa percaya diri, tapi salah-salah
malah naruh kita ke fixed mindset. Ketika kita mendapatkan label
"pinter" atau "jago" sejak awal dari dunia eksternal, kita
malah jadi takut sama tantangan untuk berkembang dan kehilangan rasa percaya
diri ketika segala hal yang kita upayakan itu udah mulai sulit. Sama juga
ketika kita sering dicap sebagai payah/bego dalam suatu hal, baik oleh diri
sendiri atau orang lain, kemampuan kita mandek karena kita percaya kemampuan
kita emang segitu-gitu doang.
Tapi jangan salah ya, maksud gua bukan berarti kita
gak boleh dapet masukan (feedback) dari lingkungan. Penting untuk
mendapatkan feedback (pujian atau kritik) tapi harus berdasarkan proses,
bukan berorientasi pada hasil, bukan pula berdasarkan bakat.
Kira - kira seperti itulah isi tulisan gue kali ini jangan lupa kunjungin terus yah blog gue. Gue bakalan ngasih tips trik agar mengubah Mindset kita agar kita bisa ngoptimalkan lebih baik kecerdasan yang kita punya dan juga apa sih faktor yang bisa membuat otak jadi cerdas. Hmm... Tunggu yah! Coming soon.... ;)
Sumber : Zenius
0 komentar:
Posting Komentar